Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah

Kamis, 12 Juli 2018

Puisi Jawa Pos grup Radar Bojonegoro, 1 Juli 2018

Puisi-Puisi karya Ahmad Zaini

Pilihan Hati

Pucuk paku laksana mata hati
Dialah yang menentukan arah pilihan nanti
Beralas kelembutan bantal
Kulunakkan diri
Menentukan pilihan
Demi kemajuan negeri

Wanar, Juni 2018

Bilik Suwung

Kurahasiakan pilihan di suwung bilik
Mata buta
Telinga tuli
Mulut bisu
Tangan dan kaki lumpuh

Hati yang membimbing
Gerak kami
Menentukan  sengsara
Atau sejahtera rakyat
Di negeri ini

Wanar, Juni 2018



Klimaks Panggung  Politik

Tawa kesombongan
Duka nestapa
Klimak syahwat
Di siang hari

Tak perlu menguras air mata
Setelah kau lemah dalam persaingan
Lunglai sebelum hitung kekalahan

Tak perlu mengumbar kesombongan
Setelah kau digdaya dalam pertempuran
Membusungkan dada
Sebelum hitung kemenangan

Tak perlu kau banggakan
Tak perlu kau sedihkan
Di alam demokrasi
Semua serba kemungkinan
Karena rakyatlah yang menentukan

Wanar, Juni 2018

Rakyat atau Uang

Apa yang kau pikirkan
Setelah kemenangan
Rakyat atau uang

Jika rakyat kau pikirkan
Martabat yang kau dapatkan
Jika uang kau lamunkan
Kehinaan dan kenistaan yang kau rasakan

Kemenangan adalah amanat rakyat
Yang kaupertanggungjawabkan
Di hadapan pengadilan Tuhan

Wanar, Juni 2018

Boleh Beda

Pilihan boleh beda
Namun rasa tetap sama
Bendera boleh beda
Negara tetap sama

Bersama kita maju
Tak perlu ada cemburu
Bersatu kita jaya
Tak perlu ada curiga

Bersama kita jaya
Bersama kita bahagia

Wanar, Juni 2018

Matahari Tak Pilih Kasih

Matahari itu terbit
Muncul dari rerimbun daun
Mencairkan kebekuan embun
Di ujung rerumput malam

Kebuntuan jalan
Menuju kehangatan
Adalah beban di pundak kekuasaan
Tangis kelaparan
Di gubuk penderitaan
Adalah pekerjaan di setumpuk program

Matahari tak pilih kasih
Ia ikhlas menyinari
Tanpa pandang hati

Wanar, Juni 2018

Merajut Serpihan Hati

Tuhan,
Engkau telah melahirkan pemimpin
Dari peselisihan dan perbedaan pilihan
Aku menangis di tengah perseteruan

Tuhan,
Pilu hatiku memendam cara
Merajut kusut benang persaingan
Yang sulit terurai
Di hamparan siang

Aku yang lemah
Memohon kepadaMu
Rajutlah serpihan hati
Yang tercecer di bendera partai
Agar utuh di bendera negeri
Berseri

Wanar, Juni 2018

Ahmad Zaini, lahir di Lamongan, 7 Mei 1976. Beberapa puisi dan cerpennya pernah dimuat di berbagai media cetak dan online nasional serta di berba
gai buku antologi puisi dan cerpen bersama sastrawan nusantara. Ia tinggal di Wanar, Pucuk, Lamongan, Jawa Timur.