Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah

Senin, 19 Desember 2011

Cak Selamet

Cak Selamet

Cerpen Ahmad Zaini*

Peluh bercucuran dari wajah keriput menjelang tua. Kedua kakinya tiada henti mengayuh pedal becak yang menjadi temannya setiap hari dalam mengais rezeki. Caping lebar yang terbuat dari anyaman bambu masih melekat di kepalanya. Kemudian dia berhenti pada sebuah warung yang berdiri di pinggir jalan. Capingnya dilepas lantas ia kipas-kipas agar keringat yang meleleh di keningnya kering. Kedua kaki ia lemaskan sembari menyandarkan punggungnya di dinding warung. Perlahan kaki kanannya diangkat di atas kursi panjang membujur di dalam warung. Ia lantas menghela napas panjang melepas lelahnya.

Jumat, 16 Desember 2011

KERETA HANTU

KERETA HANTU
Cerpen karya Ahmad Zaini*


Tetes-tetes gerimis terlihat kerap meluncur dari atap stasiun tua. Tak tiknya mengetuk hati yang gundah karena sejak lima jam kumenunggu kereta yang tak kunjung tiba. Serangga-serangga malam beterbangan mengitari lampu yang menggantung sendiri. Mereka menari-nari menghibur diriku agar bersabar menunggu hingga kereta datang membawaku pergi dari tempat kuberdiri ini.

Rabu, 07 Desember 2011

KOTA PARA PENZINA

Cerpen Ahmad Zaini*
     
Dingin terasa menusuk kulit. Jarum-jarumnya menembus pori-pori kulitku.yang keriput layu. Gigil tubuhku menahan hembusan angin malam yang menambah parah dingin malam itu.  Sementara itu kakiku tak mau berhenti menyusuri gang-gang kecil di kotaku yang telah lama kutinggal merantau. Kota sebagi sasak jerami, tempat darah nifas ibuku tertumpah mengiringi kelahiran janinku. Aku benar-benar ingin menghabiskan malamku dengan berkeliling menyusuri gang-gang kotaku. Gang yang penuh dengan kenangan masa kecil. Aku ingat betul ketika bermain petak umpet, bermain kejar-kejaran bersama teman kecilku.

Di Senja Pantaimu

Hamparan pasir bertingkai angin senja
Gemerisik mengusik riak gelombang
menghantam karang
Deburan ombak menggelora