Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka Menulislah

Rabu, 25 Januari 2012

Tugu Siang itu Berduka

Tugu Siang itu Berduka

Tugu siang itu tak tersenyum
Tak menyimpan sejuta kenang
Kesuburan tanah nusantara
Tugu siang itu berduka
Tak menggambarkan hamparan
Tanaman ijo royo-royo
Berseri

Tugu meregang
Bergelempang nyawa-nyawa
Muda tak berdosa
Ia sebagai saksi
Maut telah memutus riang bocah
Di wajah monas
Maut telah menghentikan
Guliran bola menjelajah kesenangan

Wajah-wajah polos membeku
Sebeku tugu tani siang itu
Membekas senyum tipis mengucap
Selamat tinggal semua

22 Januari 2012 

Selasa, 17 Januari 2012

Aku

Ketika aku ingin menjadi aku

ketika aku ingin tidak menjadi kau
maka kesempurnaan hidup
menjadi aku

Rabu, 11 Januari 2012

Sepotong Kue Ulang Tahun


Sepotong Kue Ulang Tahun
Cerpen Ahmad Zaini*

Setetes air hujan menyentuh bibir saat kuterbaring di bangku tua pada sebuah taman. Kutatap langit hitam menggumpal seakan segera tertumpah di atas bumi raya ini. Kilat bersabung di angkasa mencekamkan suasana senja. Sementara kulihat kanan kiri taman ini sudah sepi. Hanya terlihat petugas kebersihan taman sedang memunguti daun-daun yang luruh tertempa angin.
Rintik hujan semakin kerap. Aku terpaksa melindungi diri dengan mantel yang kuselipkan di bawah jok motor. Bau penguk mantel yang sejak kubeli belum pernah kucuci hampir membuat diriku muntah. Untung hujan deras segera mengguyur sehingga baunya sudah tak menyengat seperti sebelumnya.
Bercak-bercak air memenuhi lubang tanah kusapu dengan roda motor. Airnya memercik hingga mengotori sepatu yang kupakai. Harga sepatu yang tidak seberapa mahal akhirnya kukorbankan berlepotan lumpur yang penting diriku segera sampai ke rumah Yulia.